Sabtu, 01 Mei 2010

treatment bagi penderita anorexia

Treatment untuk anoreksia nervosa dilakukan dengan 3 tahap;
1) Mengembalikan berat badan kembali normal.
Dilakukan program diet ulang yang sehat untuk mengembalikan berat badan kembali normal, pada pasien tertentu kadang diperlukan perawatan di rumah sakit. Check kesehatan akan dilakukan untuk melihat pelbagai kemungkinan komplikasi yang muncul.

2) Terapi psikologi
Terapi ini dilakukan untuk menumbuhkan rasa percaya diri, menghilangkan cara pandang yang salah terhadap citra tubuh, meningkatkan penghargaan diri dan mengatasi konflik interpersonal. Terapi yang dilakukan biasanya dipilih CBT (Cognitive Behavioral Therapy) dianggap paling efektif dalam mengembalikan kepercayaan diri, dan mencegah timbulnya pikiran dan perilaku gangguan makan kembali. Terapi dilakukan dapat berlangsung lama, oleh karenanya CBT juga kadang disertai dengan terapi keluarga untuk memberikan dukungan kepada pasien dalam menjalani penyembuhan

3) Penyembuhan total
Beberapa upaya yang dilakukan agar pasien kembali stabil, menghilangkan kebiasaan dan pikiran-pikiran yang dapat menimbulkan gangguan makan kembali.

Sumber : http://www.pikirdong.org/psikologi/psi03anox.php

simtom/gejala anorexia

Gangguan anoreksia mengidap sebagian besar pada wanita, dimulai pada masa remaja menjelang pubertas, kriteria gangguan anoreksia adalah bila berat badan mencapai dibawah 15% dari berat normal yang seharusnya, namun demikian sebagian besar gangguan anoreksia memiliki berat badan sampai 30% dari berat normal.

Simtom anoreksia;

-Menjaga berat badannya dibawah berat normal yang tidak seimbang dengan usia dan tinggi badan
-Ketakutan akan penambahan berat badan
-Sangat terganggu dengan cara pandang orang terhadap berat badan ideal, atau terganggu dengan bentuk, berat badan seseorang dan melakukan evaluasi diri dan serius untuk menurunkan berat badanya
-Siklus menstruasi tidak teratur, pada pria mengalami impotensi

Penderita gangguan anoreksia mempunyai cara pandang sendiri terhadap bentuk dan berat tubuh, beberapa individu beranggapan bahwa semakin kurus atau sampai pada terlihatnya bentuk susunan tulang seseorang maka semakin bagus.
Penderita anoreksia sangat terobsesi dengan berat tubuh, mereka tidak suka makan di depan orang lain, kadang mereka menyiapkan menu makan sendiri, bila dalam keadaan terpaksa mereka sangat memperhitungkan jumlah kalori yang terkandung dalam makanan tersebut. Jumlah kalori itu dihitung untuk melakukan olahraga yang menghabiskan sejumlah kalori tersebut atau lebih.

Ada 2 tipe anoreksia nervosa;

1) Tipe terbatas; individu dengan tipe ini mengindari makan berlebihan, mereka biasanya menyediakan makan sendiri

2) Tipe binge; individu ini dapat makan dimana saja, akan tetapi selesai makan ia akan segera memuntahkan makanannya di kamar mandi, menggunakan pencuci perut atau memperlancar buangan kotoran.

Penyebab gangguan makan

Keterlibatan faktor kepribadian dinyatakan oleh fakta bahwa penderita anoreksia cenderung wanita tertentu, muda, berkulit putih dan dari keluarga yang bergerak ke atas yang menekankan pada pencapaian. Jenis latar belakang ini menyebabkan tuntutan dan harapan keluarga yang menimbulkan stres, dan dalam konteks ini, penolakan wanita untuk makan mungkin tanpaknya (tanpa disadari) sebagai cara menunjukan kendali. Kemungkinan lain yang lebih jarang disebutkan adalah penderita anoreksia mewakili kenakalan seksualitas. Selain tidak mengalami menstruasi, wanita mengalami underweight parah tidak memilki karakteristik seksual lain, seperti feminin yang sesunguhnya (Bruch, 1973)

Ilmu sosial telah mengatakan bahwa faktor sosial memilki peranan penting dalam anoreksia, khususnya penekanan masyarakat terhadap kekurusan wanita. Penekanan ini semakin meningkat dengan jelas selama beberapa tahun terakhir, dan selama itu insidensi anoreksia juga meningkat dalam periode tersebut. Indikasi adanya perubahan ini adalah perubahan apa yang dianggap oleh masyarakat sebagai wanita "sempurna", yang sangat menyebabkan wanita merasa tubuhnya sendiri jauh lebih berat dibandingkan ideal mereka (Logue, 1991)

Peniliti lain telah memfokuskan pada kemungkinan penyebab biologis. Salah satu hipotesis adalah anoreksia disebabkan oleh malfungsi hipotalamus. Observasi kritis yang menghasilkan hipotesis ini adalah kadang-kadang penghentian menstruasi pada penderitaan anoreksia tidak disebabkan berat badan mereka atau efek sampingnya. Dengan demikian, mungkian ada faktor sama yang menyebabkan ketidakteraturan menstruasi dan anareksia. Hal yang paling mungkin adalah hipotalamus, mengingat hipotalamus memiliki peranan penting dalam pola makan dan fungsi hormonal.

ANOREXIA NERVOSA

Anoreksia nervosa diartikan sebagai sebagai suatu gangguan makan yang terutama menyerang wanita muda dan ditandai oleh penurunan berat badan yang ekstrim dan disengaja oleh diri sendiri.

Anoreksia dibedakan oleh adanya penurunan berat badan yang ekstrim dan disebabkan oleh sendiri. Berdasarkan standar yang dibuat oelh American Psychiatric Association (1987), individu digolongkan sebagai anokresia bila; memiliki berat badan sekurangnya 15 persen kurang dari berat badan minimum normalnya. Fakta menunjukkan bahwa penderita anoreksi memiliki berat badan 50 persen berat badan normalnya.

Wanita dapat di diagnosis sebagai penderita anoreksia selain terjadi penurunan berat badan juga berhentinya menstruasi. Penurun berat badan juga menimbulkan efek berbahaya, disamping kurus, rentan terhadap infeksi, dan gejala kurang gizi lainnya. Pada kasus ekstrim anoreksi juga dapat mengakibatkan kematian, Bruch (1973) menggambarkan sebagai, "pengejaran tanpa lelah kekurusan tubuh dengan menciptakan kelaparan diri sendiri bahkan sampai pada kematian."

Anoreksi terjadi 20 kali pada wanita dibandingkan pada pria, terutama wanita muda dalam usia belasan tahun sampai tigapuluhan. Selain itu, sebagian besar penderita anoreksi adalah berkulit putih dan dari kelas menengah sampai atas. Biasanya, penderita anoreksi sepenuhnya terfokus pada makanan, dengan cermat menghitung jumlah kalori sesuatu yang mungkin dikonsumsinya. Kadang-kadang kekuatiran ini mencapai titik obsesi, seperti yang diungkapkan oleh seorang pasien kepada dokternya, " sudah tentu saya sarapan pagi, saya makan ucapan selamat pagi saya" atau penderita lainnya mengatakan, "Saya tidak mau menjilat prangko surat —tak ada yang tahu berapa jumlah kalorinya" (Bruch, 1973). Obsesi dengan makanan dan kemungkinan peningkatan jumlah berat badan menyebabkan sebagian besar penderita anoreksi menjadi "olahragawan" kompulsif, kadang-kadang berolahraga berlebihan selama beberapa jam setiap harinya.

Penderita anoreksi tipikal menyangkal adanya masalah dan menolak untuk meningatkan berat badannya. Faktanya, penderita anoreksia seringkali mengakui bahwa dirinya tampak terlalu gemuk. Hal ini menyatakan bahwa penderita anoreksia mungkin mengalami distorsi citra tubuhnya sendiri, dengan memandang dirinya lebih berat dari sesungguhnya.

Fallon & Rozin (1985) mengatakan bahwa wanita usia perguruan tinggi secara keliru menganggap bahwa pria usia perguruan tinggi tertarik dengan wanita yang sangat kurus, singkatnya wanita usia perguruan tinggi, tetapi bukan pria, tidak puas dengan berat badan sekarang sehingga menyebabkan mereka diet dan mungkin menjadi penderita anoreksia

HARGA BUNUH DIRI

Penulis : Agoeng Widyatmoko
Rating Artikel :
Senin, 30-Juni-2008
Belakangan ini, saya sering mendapati orang yang kebingungan menentukan harga. Mereka yang sedang asik berwirausaha, ternyata banyak yang kemudian mengeluhkan soal berapa harga yang pantas untuk produknya?

Kalau jelas harga dasarnya sih mungkin tak jadi soal. Tinggal ambil marjin dari angka hitungan dasar, kalikan dengan jumlah perkiraan produk yang terjual, beres. Itu pasti nanti akan langsung keluar angka perkiraan keuntungannya.

Tapi, apakah akan segampang itu? Bagaimana jika kita bergerak di bidang jasa? Nah, untuk pertanyaan yang terakhir-bagaimana menentukan harga di bidang jasa-masih banyak yang sering kesulitan. Apalagi, hal tersebut sering belum ada standar yang pasti di pasaran. Misalnya, jasa potong rambut. Bagaimana seorang hair stylist dengan tukang potong rambut salon biasa bisa mempunyai perbedaan harga bak bumi dan langit? Okelah kalau memang ada yang beralasan, si hair stylist pasti sudah punya nama dan pengalaman dong... wajar kalau lebih mahal. Tapi, berapa sebenarnya standar harga jasa potong rambut itu sendiri, memang belum ada standarnya bukan?

Kita tidak akan mendebatkan soal berapa harga yang perlu kita tetapkan untuk usaha kita. Yang ingin saya sampaikan di sini adalah soal strategi kuno soal pricing yang menurut saya masih cukup ampuh di masa sekarang.

Strategi ini-menurut rekan saya-diistilahkan dengan "Harga bunuh diri alias suicide price". Seram? Tunggu dulu. Itu hanya istilah yang mengacu pada pemberian potongan harga yang kadang tidak masuk akal demi memperoleh keuntungan maksimal.

Bingung? Begini. Ini contoh nyata yang pernah dilakukan oleh teman saya. Dia memberikan harga cetakan brosur plus desain, termasuk kartu nama dengan harga supermiring kepada sebuah perusahaan. Setelah saya hitung, memakai hitungan paling murah sekalipun, harga yang ditawarkan kawan saya itu sama sekali tak kan memberikan untung padanya. Saya pun heran.

Usut punya usut, ternyata, klien yang diberikan harga supermurah itu adalah klien besar yang hingga kini telah beberapa tahun menjadi pelanggannya. Ia ternyata melakukan subsidi silang dengan memberikan harga murah untuk cetak brosur dan kartu nama. Dengan begitu, ia bisa mendapatkan untung lebih besar dengan mendapat berbagai pekerjaan ekstra oleh klien tersebut seperti membuat baliho hingga ke desain-desain cetak lainnya. Harga murah yang diberikannya pada klien tersebut membuatnya dikenal sebagai partner yang mau memberikan harga sangat miring. Padahal, ia mendapatkan untung ekstra pada pekerjaan lainnya.

Sebenarnya, inti dari harga bunuh diri ini adalah kita mencari barang yang paling terlihat dan paling banyak jadi omongan orang untuk diberi harga supermurah. Dengan cara ini, kita menciptakan kesan harga produk kita lebih murah dari pesaing. Sebab, pada dasarnya orang cenderung akan membanding-bandingkan satu produk dengan produk lainnya. Dan, kalau ada yang lebih murah namun berkualitas, pastilah orang akan mereferensikan produk tersebut kepada orang lain.

Cara seperti ini juga acap saya gunakan untuk menjalankan usaha di bidang jasa penulisan saya. Beberapa kali saya memberikan harga lebih murah demi mendapat kepercayaan dari klien. Walhasil, meski di awal harganya kurang menguntungkan, namun berkat kepercayaan klien, saya pun mendapat banyak pekerjaan tambahan. Artinya? Arus kas masuk pun lebih lancer.

Bukankah untuk mendapatkan ikan besar, umpan yang diberikan pun harus ekstra besar? Jadi, sudahkah Anda tentukan, mana harga dari produk yang akan Anda korbankan?

Agoeng Widyatmoko adalah konsultan independen UKM, perencana usaha keluarga, dan founder DapurTulis, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa penulisan. Ia dapat dihubungi melalui e-mail: agoeng.w@gmail.com.

7 Cara Bunuh Diri Paling Populer

7 Cara Bunuh Diri Paling Populer

Kalau dilihat dari judulnya maka yang berhak membaca halaman ini adalah orang yang kuat iman dan mentalnya serta berfikiran jernih. Kalau TIDAK JANGAN COBA-COBA lihat halaman ini. Mu tahu "CARA BUNUH DIRI YANG PALING POPULER".
Harakiri, Cara bunuh diri khas jepang ini, mungkin adalah cara bunuh diri paling populer. Tapi hal ini tentu tidak berlaku di Indonesia. Orang Indonesia kan tidak ada yang bawa-bawa samurai. Paling-paling golok, keris, atau bambu runcing. Nah, yang jadi pertanyaan adalah, kalau harakiri itu cara bunuh diri khas Jepang, terus kalau harakanan apa yah..? (pertanyaan yang tidak perlu dijawab)
Oke, kembali ke topik mengenai cara bunuh diri paling populer. Agak aneh sebenarnya kenapa saya menulis mengenai cara bunuh diri. Bukan berarti karena saya mau bunuh diri. tapi mengingat banyak orang bunuh diri, siapa tahu ada orang yang nyari cara bunuh diri di google dan nyasar ke blog saya ini. kan jadi nambahin traffic, hehe.

Langsung saja, yah ini dia 6 cara bunuh diri paling populer .

1. Bunuh diri dengan minum racun serangga (dalam hal ini yang paling populer tentua merek Baygon cair).
Entah apa yang membuat baygon ini dipilih oleh para bunuh diri lovers. Padahal di sana jelas-jelas tertulis obat serangga, tapi masih diminum juga. Tapi kita tidak boleh berburuk sangka. siapa tahu mereka adalah orang orang yang kekurangan air bersih atau karena mereka tidak mampu menebus obat di Rumah Sakit yang mahal untuk penyakitnya yang tidak kunjung sembuh.
Atau bisa jadi mereka tidak bisa membedakan tulisan antara Baygon dengan Mizone yang warnanya hampir mirip. Sebab kabarnya, angka buta huruf di Indonesia masih cukup tinggi. Hanya mereka dan Tuhan yang tahu.

2. Lompat dari ketinggian (bisa dari lantai 13, puncak gedung, thower, atau tebing-tebing tinggi)
Lagi-lagi saya kurang tahu, apa alasan mereka memilih tempat yang tinggi. Apakah mereka sudah bosan hidup di bawah garis kemiskinan? Sehingga sesekali ingin merasakan tempat yang tinggi, walau dengan taruhan nyawa sekali pun. Kemungkinan lain, mereka tidak bisa menggapai cita-citanya yang tinggi. Cita-cita yang tinggi harus di barengi dengan pendidikan yang tinggi. Dan pendidikan yang tinggi harus dibarengi dengan duit yang tinggi pula.
Mau kemungkinan yang lebih bodoh?
Mereka terobsesi menjadi pahlawan super yang bisa terbang, seperti superman atau p-man.

3. Gantung diri (di pohon jengkol atau tiang rumah yang terbuat dari kayu pohon jengkol)
Ada dua kemungkinan di sini. Pertama, Hidupnya memang sudah terlalu sering digantung. Digantung oleh janji-janji penguasa. Digantung oleh ketidakpastian dan harapan-harapan kosong yang tidak pernah menjadi nyata. Harapan untuk keluar dari garis kemiskinan. Harapan untuk mendapat kehidupan yang layak. Harapan untuk mendapat pekerjaan yang lebih baik. Dan sejuta harapan-harapan lain yang hanya akan tertinggal menjadi harapan-harapan kosong baru untuk anak dan istrinya.
Kemungkinan kedua, Mereka sudah tidak punya tempat menggantungkan diri. Satu-satunya tempat menggantungkan diri, yaitu perusahaan tempat dia bekerja, telah mem-PHK-nya. Mereka bingung, akhirnya memutuskan untuk menggantungkan hidup di pohon jengkol saja. Tragis.., ironis..!!! Karena justru di situlah mereka kehilangan hidupnya. "makanya, menggantungkan hidup itu sama Tuhan saja. Dijamin, ngga bakalan di PHK".

4.Memotong nadi dengan silet
Mungkin mereka ingin membuktikan bahwa silet itu benar-benar tajam. Bisa juga karena penasaran apakah darah mereka berwarna biru atau merah? Orang bilang darah biru lebih dihormati daripada golongan orang-ortang berdarah merah.

5.Bunuh diri ala koboy
Entah terinspirasi dari film koboy yang mana, yang jelas mereka, koboy-koboy Indonesia juga bisa menembak kepalanya sendiri.Biasanya, koboy-koboy Indonesia ini melakukan bunuh diri setelah main-mainin pistolnya buat nakutin orang.

6.Bakar diri bersama-sama keluarga tercinta
Mungkin saking tidak punya uang untuk membeli ikan bakar . Akhirnya mereka memutuskan untuk bakar diri bersama. Hal ini bertujuan untuk menjaga rasa kebersamaan antar anggota keluarga. Pasca kepergian ayah mereka. Ah.., tidak tahukah mereka kalau minyak tanah sekarang harganya mahal..?

7.Tidur diatas rel kereta api
Jauh sebelum limbad memperagakan magic dilindas dengan buldozer, Metode/cara bunuh diri dengan digilas kereta api sudah lebih dulu populer. Alasannya tentu karena lebih murah...tinggal tidur terlentang.., jadi deh...

http://pro-iklan-gratis.blogspot.com/2009/11/7-cara-bunuh-diri-paling-populer.html

pengaruh agama terhadap kesehatan mental

Seiring perkembangan zaman dan berkembangnya informasi- informasi yang ada serta ada nya kematangan pemikiran manusia, Sekarang perhatian manusia terhadap kesehatan mental semakin meningkat, sebab manusia semakin sadar bahwa kehidupan yang layak adalah manakala seseorang dapat menikmati hidup ini bersama-sama, berdampingan dengan orang lain. Kehidupan seseorang yang mengalami gangguan mental, tidak kurang pedihnya dari penyakit jasmani.
Zakiah Daradjat (1995:78) menuturkan, pelaksanaan agama dalam kehidupan sehari-hari dapat membentengi seseorang dari gangguan jiwa (mental) dan dapat pula mengembalikan jiwa bagi orang yang gelisah. Karena kegelisan dan kecemasan yang tidak berujung pangkal itu, pada umumnya berakar dari ketidak puasan dan kekecewaan, sedangkan agama dapat menolong seseorang untuk menerima kekecewaan sementara dengan jalan memohon ridla Allah dan terbayangkan kebahagian yang akan dirasakan di kemudian hari.
Semakin dekat seseorang dengan Tuhan, semakin banyak ibadahnya, maka akan semakin tentramlah jiwanya serta semakin mampu menghadapi kekecewaan dan kesukaran dalam hidup dan sebaliknya. Dan semakin jauh seseorang dari agama, akan semakin sulit baginya untuk memperoleh ketentraman hidup. Dalam Islam cakupan wilayah ibadah sangat luas, misalnya shalat, puasa, haji, dan lain-lain.

Dalam pandangan psikologi Islam, penyakit mental yang biasa berjangkit pada diri manusia, antara lain:

  1. Riya’. Penyakit ini mengandung tipuan, sebab menyatakan sesuatu yang tidak sebenarnya, orang yang berbuat riya’ mengatakan atau melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan hakikat yang sebenarnya.
  2. Hasad dan dengki, yaitu suatu sikap yang melahirkan sakit hati apabila orang lain mendapat kesenangan dan kemuliaan, dan ingin agar kesenangan dan kemulian itu hilang dari orang tersebut dan beralih kepada dirinya.
  3. Rakus, yaitu keinginan yang berlebihan untuk makan.
  4. Was-was. Penyakit ini sebagai akibat dari bisikan hati, cita-cita, dan angan-angan dalam nafsunya dan kelezatan.
  5. Berbicara berlebihan. Keinginan berbicara banyak merupakan salah satu kwalitas manusia yang paling merusak. Hal ini dapat mengahantarkan kepada pembicaraan yang tidak berguna dan berbohong.
  6. Dan lain sebagainya

perkembangan pada masa remaja

Perkembangan Pada Masa Remaja

Pada masa remaja biasanya anak cenderung memiliki rasa ingin tahu yang cukup tinggi dimana itu didukung oleh kematanngan kognitif mereka serta informasi yang mereka terima cukup banyak dan bervariasi,membicarakan masa pubertas,disini saya ingin sedikit membahas mengenai masalah tersebut. Dimana sekarang banyak kita jumpai anak-anak remaja yang sudah terlalu jauh mengenal bahkan terjun ke dalam pergaulan bebas,hasil yang paling fatal adalah bahwa sebagian besar anak remaja di Indonesia sudah kehilangan ke virginitas nya.


Masalah ini juga dapat kita kaitkan dengan kurangnya masukan atau informasi yang baik ketika anak sedang berada pada tahap perkembangannya,dimana pada tahap ini anak mulai belajar membentuk kepribadian yang sehat. Pada masa anak-anak memasuki masa remaja,anak mengalami tahap perkembangan yang disebut dengan tahap genital dan pubertas dimana pada masa pubertas itu sendiri adalah masa adanya kematangan seksual terhadap remaja dan matangnya organ-organ seksual pada tahap genital. Anak remaja mulai mencintai orang-orang lain terdorong oleh motif-motif altruisik bukan semata mata karena cinta diri atau narsisistik.

Daya tarik seksual,sosialisasi, kegiatan kegiatan kelompok,perencanaan karier ,dan persiapan untuk menikah dan membangun keluarga mulai muncul. Terkadang pada masa ini remaja yang kurang memiliki informasi yang cukup cenderung melakukan sesatu hal tanpa adanya pemikiran tentang baik/buruknya resiko yang mungkin terjadi,inilah salah satu penyebab dimana remaja yang terjun kedalam pergaulan bebas dan menanggung resiko yang cukup berat seperti hamil di luar nikah maupun terjerat dengan obat-obatan terlarang (narkoba). Fenomena ini menurut saya terjadi karna kurangnya informasi yang diterima serta adanya kepribadian yang kurang sehat,dimana menurut Rogers kepribadian yang sehat adalah individu yang dapat mengaktualisasikan,merealisasikan potensinya terhadap hal-hal yang positive serta dapat menjalani kehidupannnya yang riil serta dapat memposisikan kepribadiannya agar dapt berfungsi dengan baik, tidak hanya itu individu tersebut juga harus dapat berdiri di masyarakat,dengan norma-norma dan kebudayaan yang ada.

teori psikoanalisa maslow

Teori psikoanalisa Maslow

Pendekatan Maslow terhadap kepribadian :
- Manusia memiliki potensi ungtuk bertumbuh dan berkembang. Meskipun manusia dapat dipengaruhi oleh pengalamn masa kanak-kanak, namunmanusia bukanlah korban dari pengalaman tersebut.
- Manusia memiliki potensi lebih banyak daripada yang dicapainya.


Tingkatan kebutihan Maslow :


1. Kebutuhan fisiologis
2. Kebutuhan akan rasa aman
3. Kebutuhan akan cinta dan memiliki
4. Kebutuhan akan penghargaan
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri


Sifat-sifat Pengaktualisasin Diri:
- Mengamati realitas secara efisien atau objektif
- Penerimaan atas kodrat orang lain dan diri sendiri
- Spontanitas, kesederhanaan dan kewajaran
- Fokus pada masalah di luar diri
- Kebutuhan akan privasi dan independensi
- Berfungsi secara otonom
- Spresiasi yang segar
- Pengalaman puncak
- Minat sosial
- Hubungan antar pribadi
- Struktur watak demokratis
- Membedakan tujuan dan cara, serta membedakan baik dan buruk
- Humor yang tidak menimbulkan permusuhan.

The Child with Special Needs

Judul asli : The Child with Special Needs
Judul versi Indonesia: Anak Berkebutuhan Khusus
Penulis : Stanley I. Greenspan, M.D.; Serena Wieder, PH.D. with Robin Simons
Penerjemah : Yayasan AyoMain
Penyunting : Dra. Fridiawati Sulungbudi

Buku ini menawarkan pendekatan DIR - floortime yang populer atas berbagai masalah perkembangan anak, termasuk Autistic Spectrum Disorder/ASD/PDD, Attention Deficit Disorder/ADD, Down syndrome, cerebral palsy, gangguan bicara dan bahasa serta keterlambatan perkembangan lainnya.

Berdasarkan dua dekade praktek dan riset asli dalam berbagai masalah perkembangan, buku ini merupakan hasil kerja yang sangat penting untuk membantu orang tua dan para profesional untuk mendobrak label diagnosa – yaitu bekerja hanya berdasarkan sekumpulan gagasan mengenai diagnosa tersebut. Kita diajak untuk mengamati dan memahami profil unik setiap anak; kekuatan, kapasitas perkembangan dan masalah unik setiap anak di dalam setiap tonggak penting perkembangan yang berlandaskan emosional dan intelektual.
Wawasan-wawasan baru para penulisnya mengenai perkembangan manusia dan pembelajaran, membuat mereka mampu menciptakan pendekatan langkah demi langkah untuk memprakarsai dan menyokong penguasaan atas tonggak-tonggak perkembangan tersebut. Floortime merupakan suatu pendekatan interaktif yang berlandasarkan kekuatan relasi dan struktur keluarga, menjadi jalan masuk ke dalam dunia anak untuk kemudian membantu membimbingnya melewati setiap tahapan perkembangannya secara lebih optimal. Buku ini dilengkapi banyak sekali contoh dan uraian yang menarik dan jelas.
Beberapa hal pokok yang membedakan pendekatan DIR dibandingkan pendekatan lainnya adalah:

Pertama,
pandangan bahwa setiap anak tidak memiliki potensi yang tetap dan terbatas baik secara emosional maupun intelektual. Bila kita bisa membantunya secara tepat, maka ia akan berkembang mencapai optimalisasinya.

Kedua,
pendekatan yang mengutamakan BERMAIN, sebagai suatu relasi interaktif yang melibatkan pertukaran afektif/emosional akan memberikan landasan yang kuat bagi keterampilan bahasa, kognisi, maupun keterampilan sosial dan emosional.

Ketiga,
pendekatannya memberdayakan seluruh keluarga untuk membantu perkembangan anak sepanjang hari & setiap hari. Pendekatan ini juga memberikan landasan bagi upaya para profesional seperti terapis wicara, terapis okupasi, pendidik khusus, psikolog, dll untuk bekerja bersama keluarga anak berkebutuhan khusus.

Pendidikan Inklusif di Indonesia

Pendidikan Inklusif di Indonesia

Pendidikan inklusif dimaksudkan sebagai sistem layanan pendidikan yang mengikut-sertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak sebayanya disekolah reguler yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Penyelenggaraan pendidikan inklusif menuntut pihak sekolah melakukan penyesuaian baik dari segi kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan, maupun sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu peserta didik, Kenapa Pendidikan Inklusif Harus Dipromosikan dan Diterapkan
* Semua anak mempunyai hak yang sama untuk tidak di-diskriminasi-kan dan memperoleh pendidikan yang bermutu.
* Semua anak mempunyai kemampuan untuk mengikuti pelajaran tanpa melihat kelainan dan kecacatannya.
* Perbedaan merupakan penguat dalam meningkatkan mutu pembelajaran bagi semua anak.
* Sekolah dan guru mempunyai kemampuan untuk belajar merespon dari kebutuhan pembelajaran yang berbeda.

Beberapa Kebaikan Pendidikan Inklusif
* Membangun kesadaran dan konsensus pentingnya Pendidikan Inklusif sekaligus menghilangkan sikap dan nilai yang diskriminatif.
* Melibatkan dan memberdayakan masyarakat untuk melakukan analisis situasi pendidikan lokal, mengumpulkan informasi
* semua anak pada setiap distrik dan mengidentifikasi alasan mengapa mereka tidak sekolah.
* Mengidentifikasi hambatan berkaitan dengan kelainan fisik, sosial dan masalah lainnya terhadap akses dan pembelajaran.
* Melibatkan masyarakat dalam melakukan perencanaan dan monitoring mutu pendidikan bagi semua anak

Sekolah Inklusif

Sekolah inklusif merupakan perkembangan baru dari pendidikan terpadu.
Pada sekolah inklusif setiap anak sesuai dengan kebutuhan khususnya, semua diusahakan dapat dilayani secara optimal dengan melakukan berbagai modifikasi dan atau penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana dan prasarana, tenaga pendidikan dan kependidikan, sistem pembelajaran sampai pada sistem penilaiannya

Pengertian Pendidikan Inklusif bagi anak berkebutuhan khusus

Pengertian Pendidikan Inklusif

Pendidikan Inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang mensyaratkan anak berkebutuhan khusus belajar di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman-teman seusianya (Sapon-Shevin dalam O’Neil 1994)
Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif adalah sekolah yang menampung semua murid di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap murid maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh para guru, agar anak-anak berhasil (Stainback, 1980)

Hal-hal yang harus diperhatikan sekolah penyelenggara pendidikan inklusif
* Sekolah harus menyediakan kondisi kelas yang hangat, ramah, menerima keaneka-ragaman dan menghargai perbedaan.
* Sekolah harus siap mengelola kelas yang heterogen dengan menerapkan kurikulum dan pembelajaran yang bersifat individual
*Guru harus menerapkan pembelajaran yang interaktif.
* Guru dituntut melakukan kolaborasi dengan profesi atau sumberdaya lain dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
*Guru dituntut melibatkan orang tua secara bermakna dalam proses pendidikan.

sumber: http://www.pkplk-plb.org

Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus

Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus adalah meraka yang memerlukan penanganan khusus yang berkaitan dengan kekhususannya. Anak berkebutuhan khusus saat ini menjadi istilah baru bagi masyarakat kota Malang pada umumnya. Padahal jika kita memahami lebih dalam lagi maksud dari istilah anak-anak berkebutuhan khusus, istilah ini tidaklah terlalu asing. Di Indonesia istilah yang terlebih dahulu populer untuk mengacu pada anak berkebutuhan khusus adalah berkaitan dengan istilah anak luar biasa. Pada profesi psikologi klinis/kedokteran istilah yang populer adalah anak-anak dengan handaya perkembangan.
Hingga saat ini anak-anak berkebutuhan khusus yang mendapat perhatian yang cukup luas di masyarakat adalah mereka yang tergolong kedalam Pervasive Developmental Disorder atau Autism Spectrum Disorder.

Ditulis oleh Sekolah Dolan pada 29 Mei 2009

Child with Giftednees and Special talent

Child with Giftednees and Special talent

Anak berbakat memiliki cirri-ciri :

1. Memiliki skor IQ 140 atau lebih diukur dengan instrument Stanford Binet (general intellectual ability).

2. Mempunyai problem solving, kreatifitas tinggi dan produktif.

3. Memiliki keunggulan dibidang akademik/seni/sastra/verbal/etetika/sport/sosial.

4. Memiliki kemampuan intuisi yang kuat, terkadang mampu mempredisi sesuatu yang bersifat futuristik yang mungkin beberapa waktu (tahun/abad) baru diketahui orang normal.

5. Memiliki kemampuan kepemimpinan yang teliti dan visioner.

langkah tepat bagi anak berkebutuhan khusus

Langkah Tepat

kemampuan orangtua dalam mendeteksi dini akan memberikan pengaruh yang amat bermakna bagi masa depan anak penyandang autisme. Pasalnya, tanggung jawab terbesar dan ikatan emosional dalam membesarkan anak ada di tangan mereka. Di sinilah, orangtua memerlukan observasi akurat dan perlu melibatkan para pakar di masing-masing bidangnya. Danny menyarankan ada tiga jenis pakar yang sudah berpengalaman dalam menangani anak berkebutuhan khusus seperti autisme, yakni psikolog klinik dengan spesialisasi tumbuh kembang anak, pediatric neurologist dan terapis okupasi.
Orangtua dapat berperan sebagai asisten guru atau asisten sang psikolog. Bahkan saat pembuatan Individualize Education Plan (IEP), mereka bisa memberikan informasi penting untuk anaknya dalam tahap usia tertentu.
Untuk membantu mengasah kemampuan orangtua, mereka dapat mengikuti program pelatihan dan pendidikan kebutuhan khusus yang tersedia di Linguistic Council. Di lembaga ini, tidak hanya para orangtua, tapi guru dan pemerhati bisa mendapatkan keterampilan khusus dan pemahaman yang tepat tentang bagaimana mendeteksi, mengajar, serta membantu anak-anak berkebutuhan khusus. Contohnya autisme, disleksia, ADD/ADHD, dipraksia, atau anak-anak dengan learning difficulties.

sumber : kompas

Dukungan Tulus bagi Anak Berkebutuhan Khusus

KOMPAS.com - Sam Dawson adalah seorang pria penyandang autisme yang secara mandiri menjalani hidupnya dan bekerja pada sebuah kedai kopi. Menariknya, hidup Sam pun berubah saat memiliki anak. Walaupun memiliki keterbatasan, dia terus berdedikasi menjadi ayah yang baik, yang mampu membesarkan anaknya dengan upaya dan perjuangan keras.
Itulah cerita I am Sam, film keluarga yang dirilis tahun 2001 dan dibintangi Sean Penn, aktor kawakan Amerika. Ceritanya mampu menggambarkan bagaimana seorang penyandang autisme hidup berdampingan dengan masyarakat bahkan mampu bersosialisasi. Anak autisme atau berkebutuhan khusus, bisa mandiri apabila orang-orang di sekitarnya mau menerima dan mendukungnya.

Definisi
Menurut situs Yayasan Autisme Indonesia, autisme bukanlah penyakit, tapi merupakan gangguan perkembangan kompleks yang gejalanya harus sudah muncul sebelum anak berusia 3 tahun. Gangguan neurologi pervasif ini terjadi pada aspek neurobiologis otak dan memengaruhi proses perkembangan anak. Akibatnya, anak tidak dapat otomatis belajar berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya, sehingga dia seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri.
Dari tahun ke tahun, jumlah anak penyandang autisme terus bertambah di dunia. Tidak pandangan suku, ras, etnis, kelompok masyarakat, dan perbedaan fisik, autisme bisa terjadi pada siapa pun. Seperti informasi dari situs Autismworld, diperkirakan setiap hari ada 50 anak yang terdiagnosa autisme. Penyandangnya lebih banyak laki-laki dibanding anak perempuan dengan perbandingan 4:1.

Deteksi Autisme
Observasi perilaku bisa mulai dilakukan saat anak-anak masih berusia dini di bawah umur tiga tahun atau saat bayi sekalipun. Biasanya, para orangtua mulai merasakan ada kejanggalan dibandingkan anak-anak seumurnya. Danny Tania, Program Manager & Acting Principal Linguistic Council, memaparkan bahwa untuk membantu mendeteksi anak mengalami autisme atau tidak, bisa dilihat dari sensory processing disorders, baik berupa over sensitive atau under sensitive.
Anak-anak penyandang autisme umumnya mengalami suatu hambatan dan kerusakan fungsi bagaimana mereka memroses panca indera dari lingkungan sekitar. Akibatnya, anak penyandang autisme cenderung bersikap aneh, misalnya menarik diri, cuek, marah-marah, atau impulsif.

sumber : kompas, Rabu 7/4/2010

peran guru terhadap anak bekebutuhan khusus

Always say you yes for children. Selalu berkatalah ya pada anak. Jarang didapati guru yang demikian ini. Rata-rata mereka melarang siswa-siswanya melakukan sesuatu. Contoh jangan manjat pagar nanti jatuh, jangan main api nanti terbakar dan sebagainya. Padahal siswa saat melakukan hal tersebut pada kondisi senang dengan hal baru, menemui keasyikan dan mencoba untuk belajar dari hal tersebut. Pada tarap belajar inilah nantinya akan timbul suatu kreativitas pada diri siswa tersebut. Mereka akan berhenti jika ternyata api itu panas, ataupun tidak akan melakukan lagi ketika mereka jatuh dari suatu pagar tersebut.

Larangan-larangan semacam ini tentunya dapat mematikan kreativitas siswa. Siswa akan selalu dalam lingkaran ketidaktahuan, ketakutan, tidak berani mencoba sesuatu yang baru. Namun kadang guru sendiri tidak menyadari akan hal ini. Seharusnya untuk hal-hal baru seperti diatas siswa diberi kesempatan untuk mencoba melakukan sementara guru tetap memberi pengawasan sehingga siswa dapat bereksperimen dengan aman.

Guru tidaklah selalu bersikap sebagai petugas hukum di lingkungan sekolah. Di mana biasanya guru yang membuat peraturan. Kemudian mereka pula yang memberi sanksi atau hukuman pada siswanya, jika siswa melakukan suatu kesalahan, misalnya dengan disuruh lari mengitari halaman, berdiri di depan kelas, memukul dengan sabuk atau tindakan lain yang lebih mengarah pada hukuman fisik.

Sebenarnya guru dapat bersikap lebih demokratis pada siswa, mencoba membicarakan dengan siswa hal-hal apa saja yang baik dapat mereka lakukan, mana yang baik dan mana yang tidak. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya dan mengklarifikasi antara hal yang baik dan yang tidak untuk kemudian disusun sebagai suatu peraturan secara bersama dan demokratis. Dalam menentukan hukuman hendaknya juga dengan sikap yang demokratis. Cobalah siswa untuk menentukan hukuman sendiri sebagai sikap pertanggungjawaban terhadap kesalahannya dan tidak akan mengulanginya lagi.

Guru harus mampu menyediakan media untuk siswanya sebagai upaya untuk menelurkan siswa yang cerdas dan kreatif. Pernyataan tersebut selaras dengan teori teori pendekatan ekologis dan genetis yang diungkapkan oleh Spiel (1994), Oerter (1992), Scarr&Mc. Cartney (1982). Menurut pandangan mereka, perkembangan siswa selalu berupa interaksi antara bakat (genotip) dan lingkungan. Setidaknya ada tiga hasil interkasi genotip dan lingkungan (Kartono, tahun 1995:119).

Pertama, adanya hasil interaksi genotif-lingkungan yang bersifat pasif. Hal ini timbul karena guru memberi lingkungan yang sesuai dengan bakat mereka sendiri. Misalnya guru yang gemar musik akan selalu memberikan lingkungan musik pada siswanya sehingga siswa sejak awal hidup dalam lingkunga musik tersebut.

Kedua, hasil interaksi genotif-lingkungan yang bersifat evokatif . Hal ini timbul karena siswa dengan bakat berbeda-beda menimbulkan berbagai macam reaksi terhadap lingkungan sosialnya. Contohnya siswa masa usia sekolah sering melakukan hal-hal yang seenaknya saja sehingga menimbulkan perhatian pada orang lain yang mempengaruhi perilakunya sendiri lagi.

Upaya Pemberian Layanan Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Anak adalah buah hati dalam setiap keluarga. Tanpa anak, keluarga akan terasa sepi, gelap, dan tanpa warna. Tak heran jika ketemu teman lama yang pertama kali terlontar adalah pertanyaan berapa anakmu sekarang? Bukan berapa mobilmu, rumahmu atau yang lainnya.
Sering terdengar ungkapan anak adalah titipan dari yang Maha Pencipta, maka peliharalah dengan sebaik-baiknya, berilah tempat yang paling baik, jadikanlah manusia yang berguna karena anak itu terlahir suci adanya seperti kertas putih. Bagaimana kertas itu menjadi penuh warna tergantung pada orang tua dan lingkungan yang akan memberi warna maupun coretan pada kertas tersebut.

Interaksi anak dengan orang tua ketika di rumah, dengan guru dan teman ketika di sekolah dan dengan tetangga atau orang lain ketika di masyarakat akan membentuk berbagai karakter dalam diri anak tersebut. Ada yang pendiam, periang, egois, peramah, cerdas, bodoh, pemurung, sosial dan sebagainya. Semua karakter-karakter ini tentunya sebagai akibat dari proses pewarnaan pada diri anak.

Pada mulanya, pengertian anak berkebutuhan khusus adalah anak cacat, baik cacat fisik maupun mental. Anak-anak yang cacat fisik sejak lahir, seperti tidak memiliki kaki atau tangan yang sempurna, buta warna, atau tuli termasuk anak berkebutuan khusus. Pengertian anak berkebutuhan khusus kemudian berkembang menjadi anak yang memiliki kebutuhan individual yang tidak bisa disamakan dengan anak yang normal. Pengertian anak berkebutuhan khusus tersebut akhirnya mencakup anak yang berbakat, anak cacat, dan anak yang mengalami kesulitan.

Selama ini cara pandang terhadap anak berkebutuhan khusus, masih negatif maka pemenuhan hak anak berkebutuhan khusus juga belum dapat memperoleh hak yang sama dengan masyarakat lainnya. Persamaan hak sebenarnya telah diatur dengan berbagai perangkat perundangan formal, tetapi permasalahannya tidak adanya sanksi yang jelas terhadap pelanggaran peraturan yang ada, sehingga masih banyak anak-anak berkebutuhan khusus yang belum memperoleh haknya. Sehubungan dengan itu maka guru sebagai ujung tombak pendidikan formal perlu memberikan layanan secara optimal bagi semua siswa termasuk anak berkebutuhan khusus.


sumber : Rustantiningsih

Pembelajaran bagi anak-anak berkebutuhan khusus

Pembelajaran bagi anak-anak berkebutuhan khusus

KOMPAS.com - Pembelajaran bagi anak-anak berkebutuhan khusus ditekankan pada penguasaan keterampilan-keterampilan dan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi. Upaya tersebut sebagai langkah untuk meningkatkan kompetensi anak-anak berkebutuhan khusus untuk bisa mandiri dengan mengembangkan potnesi yang mereka miliki.
Namun, orientasi pembelajaran anak-anak berkebutuhan khusus untuk lebih menguasi keterampilan-keterampilan dan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) itu hingga saat ini masih menghadapi kendala. Selain minimnya sarana dan prasarana workshop beragam keterampilan, persoalan yang cukup serius adalah kurangnya guru-guru yang mampu mengajarkan keterampilan-keterampilan yang dikembangkan dalam pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus di seluruh Indonesia.

"Pendidikan kita itu di ujungnya atau hasil lulusannya belum memberikan kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan untuk hidup atau belum bisa membuat anak mandiri. Karena itu, fokus pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus sejak tahun 2006 mulai diarahkan untuk memperkuat kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan dalam hidup. Sekitar 39 jenis ketrampilan diajarkan dalam pendidikan khusus," kata Eko Djatmiko Sukarso, Direktur Pembinaan Sekolah Luar Biasa Depdiknas di Jakarta, Jumat (11/12/2009).

Menururt Eko, pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus bukan hanya meliputi penyandang cacat yang mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah luar biasa. Pendidikan dengan cara yang khusus juga dibutuhkan untuk melayani anak-anak cerdas istimewa/berbakat istimewa, anak-anak tenaga kerja indonesia (TKI) di daerah perbatasan dan luar negeri, anak-anak jalanan, anak-anak di dalam lembaga tahanan masyarakat, anak-anak korban bencana alam, anak-anak yang menderita HIV/AIDS, anak-anak pelacur, anak-anak korban perdagangan orang, hingga anak-anak suku terasing.

"Bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus yang dilayani lewat pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus, perlu dilakukan terobosan-terobosan yang disesuaikan dengan kondisi mereka. Perlu fleksibel untuk melihat kebutuhan pendidikan yang sesuai dengan kondisi mereka. Dengan penguasaan keterampilan dan TIK, anak-anak tersebut diharapkan bisa lebih mandiri," kata Eko.
Dalam peningkatan penguasaan TIK bagi anak-anak berkebutuhan khusus, kata Eko, pihaknya mendapat dukungan dari perusahaan-perusahaan TIK. Salah satunya IBM yang memiliki program memperkenalkan teknologi informasi sejak usia dini.
"Kita harus memberikan kesempatan bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk menguasai TI yang terus berkembang dan dibutuhkan dalam hidup. Bukan saja untuk memudahkan cara belajar, tapi juga untuk membuat anak-abak ini mampu berkompetisi dalam dunia kerja nanti. Perusahaan-perusahan, seperti yang dilakukan IBM, mesti punya kebijakan untuk juga menerima karyawan berkebutuhan khusus," Suryo Suwignjo, Presiden Direktur IBM Indonesia.

Menurur Suryo, dalam pengenalan TI pada anak-anak berkebutuhan khusus, tantangan terbesar adalah menyiapkan para guru. "Kami bukan hanya menyediakan alat-alat TI. Tetapi juga melatih guru dan membutakan kurikulum supaya peralatan TI yang ada di sekolah benar-benar dimanfaatkan optimal," ujar Suryo.
Layanan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang kompleks dan tersebar luas, menurut Eko,belum bisa maksimal. Masih banyak anak-anak usia sekolah yang belum terlayani. Puluhan ribu anak TKI di Malaysia dan juga Arab Saudi, sebagai contoh, belum mendapat layanan khusus. Belum lagi anak-anak suku terasing yang memiliki keyakinan budaya tersendiri dalam melayani pendidikan.

suber : kompas December 12, 2009,

Jenis-jenis Bakat dan Kepandaian special needs

Jenis-jenis Bakat dan Kepandaian

1.Kinetik Fisik (Bodily Kinesthic)
Bakat dalam menggunakan badan untuk memecahkan masalah dan mengekspresikan ide serta perasaan. Ciri-cirinya: Menonjolkah ia dalam olahraga tertentu? Apakah ia tidak bisa duduk diam untuk waktu yang lama? Pandaikah ia menirukan gerakan badan atau wajah orang lain? Tangkaskah ia dalam kegiatan yang membutuhkan ketrampilan tangan, seperti origami (melipat kertas gaya jepang), membuat pesawat dari kerta, melukis, bermain dengan tanah liat, atau merajut? Apakah ia dapat menggunakan badannya dengan baik untuk mengekspresikan dirinya?

2.Bahasa (Linguistic)
Bakat untuk menggunakan kata-kata, baik oral maupun verbal, secara efektif. Beberapa pertanyaan yang bisa membantu menetukan apakah anak berbakat di bidang ini atau tidak. Apakah ia bisa menulis lebih baik dari anak seusianya? Sukakah ia bercerita atau membuat lelucon? Sukakah ia membaca buku? Apakah ia bisa mengeja lebih baik dari anak seusianya? Apakah ia dapat mengkomunikasikan pikiran, perasaan dan idenya secara baik?

3.Logika dan Matematis (Logical-Mathematical)
Bakat untuk mengerti dan menggunakan angka secara efektif, termasuk mempunyai kemampuan kuat untuk mengerti logika. Ciri-cirinya: Apakah ia tak hentinya ingin tahu bagaimana alam dan benda-benda bekerja? Apakah ia suka bermain dengan angka? Sukakah ia akan pelajaran matematika di sekolah? Sukakah ia bermain dengan permainan asah otak seperti catur? Sukakah ia mengelompokkan benda-benda?

4.Musikalitas (Musical)
Bakat untuk memahami musik melalui berbagai cara. Dibawah ini adalah beberapa pertanyaan yang membantu untuk menentukan apakah anak menunjukkan bakat musik yang menonjol: Pandaikah ia dalam menghafal lagu dan menyanyikannya? Dapatkah ia bermain alat musik? Sensitifkah ia terhadap suara-suara di sekitarnya? Apakah ia suka bersiul atau menggumam lagu?

5.Pemahaman Alam (Naturalist Intelligence)
Mengenali dan menggolongkan dunia tumbuhan dan binatang, termasuk dalam memahami fenomena alam. Ciri-cirinya: Sukakah ia berceloteh mengenai binatang kesayangannya atau tempat-tempat yang disukainya? Sukakah ia bermain di air? Apakah ia suka ke kebun binatang, taman safari atau kebun raya? Apakah ia bermain dengan binatang peliharaannya? Apakah ia suka mengoleksi kumbang, bunga, daun atau benda-benda alam lainnya?

pengertian anak berbakat bagi special needs

Pengertian Anak Berbakat

Bakat merupakan talenta untuk membangun kekuatan pribadi anak di masa mendatang. Kesadaran akan sisi kekuatan seorang anak perlu digali dengan bantuan orang tua. Kesadaran akan pentingnya mengembangkan sisi kekuatan anak-anak ini tampaknya sangat disadari oleh orang tua dan pendidik yang membimbing siswa-siswa berkebutuhan khusus dalam mengolah pengetahuan dan ketrampilan mereka dalam bidang seni dan bidang olahraga.
Beberapa pakar psikologi memberikan pengertian tentang anak berbakat:

1. Tannenbaum memandang keberbakatan dari empat klasifikasi yaitu kelangkaan, keunggulan (mengacu pada sensibilitas serta sensitivitas yang lebih tinggi), kuota (keterbatasan jumlah individu yang memiliki keterampilan) dan anomaly

2. Renzulli berpendapat bahwa seseorang bisa dikatakan berbakat jika ia menunjukkan kemampuan diatas rata-rata, melakukan hal-hal yang kreatif dan memiliki tekad dalam melaksanakan tugasnya.

3. Damon berpendapat bahwa bakat sangat dibutuhkan untuk berprestasi tinggi. Namun untuk berprestasi tinggi, bakat harus dikembangkan dengan kerja keras, keuletan serta latihan.

Menurut pendekatan yang lebih inklusif, yang dimaksud anak berbakat adalah mereka yang tidak hanya memiliki kemampuan intelektual tinggi, tetapi juga memiliki kemampuan kreativitas, sosial-emosional dan motivasi (gifted) dan memiliki keunggulan dalam satu atau lebih bidang tertentu dalam musik, sastra, olahraga dsb (talented) sehingga mereka memerlukan layanan khusus dalam pendidikan.

Kebutuhan belajar bagi anak special needs

kebutuhan belajar siswa berbakat

Merujuk kepada konsep keberbakatan yang menggunakan perspektif yang lebih inklusif dan bersifat majemuk serta karakteritik umum yang dapat diidentifikasi maka kebutuhan belajar siswa berbakat secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu:

1) kebutuhan dalam mengembangankan kemampuan intelektual dan kreatifitas,
2) kebutuhan dalam mengembangkan aspek sosial-emosional dan motivasi.

Oleh karena itu pembelajaran bagi siswa berbakat seharusnya diarahkan untuk mengembangkan kedua hal tersebuat. Hal yang sering terabaikan dalam pembelajaran termasuk pembelajar siswa berbakat dalam hal pengembangan kreativitas dan sosial-emosional. Pembelajaran biasanya lebih banyak mengembangkan aspek intelektual. Hal ini dapat dimaklumi karena guru dalam melakukan pembelajaran sering terburu-buru dan kehabisan waktu untuk mengerjar terget kurikulum. Aspek kreativitas anak jarang tersentuh. Maka menjadi tidak mengherankan, jika pendidikan kita hanya menghasilkan siswa yang siap untuk ujian bukan siswa kreatif yang siap mengahadapi tantangan hidup.

Strategi Pembelajaran yang Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif

Dunia membutuhkan ilmuwan kreatif yang dapat menghasilkan solusi inovatif dalam memecahkan masalah. Disadari bahwa tidak semua siswa berbakat akan menjadi ilmuwan, tetapi mungkin akan menjadi pengusaha, pemimpin organisasi, pemimpin perusahaan dsb. Meskipun demikian berpikir kreatif itu sangat penting untuk semua bidang pekerjaan. Oleh karena itu sangat penting untuk menginisiasi keterampilan berpikir kreatif ke dalam pembelajaran.

Sehubungan dengan itu proses belajar bersifat aktif dalam menciptakan dan mencipta kembali pengetahuan melalui tindakan dalam lingkungan, sehingga pengetahuan menjadi milik orang yang belajar. Belajar bukan menerima pengetahuan dari guru melainkan mengkonstruksi sendiri pengetahuan oleh yang belajar.
Siswa berbakat sering merasa bosan dalam mengerjakan tugas-tugas karena mereka menganggap tidak relevan dan tidak ada sesuatu yang baru yang dapat dipelajari. Oleh karena itu tugas-tugas untuk siswa yang mempunyai kemampuan tinggi diberikan dalam bentuk project work, baik individual project work maupun group project work, yang berhubgungan dengan pelajaran tertentu atau tugas yang berdiri sendiri. Tugas-tugas dalam bentuk projek work bersifat pemecahan masalah yang menantang. Tugas tidak diberikan dalam bentuk penyelesaian soal-soal yang bersifat tradisional

contoh dan jeneis anak berkebutuhan khusus

contoh dan jeneis anak berkebutuhan khusus

Konsep anak berkebutuhan khusus (children with special needs) memiliki makna dan spektrum yang lebih luas dibandingkan dengan konsep anak luar biasa (exceptional children). Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara pendidikan memerlukan layanan yang spesifik yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus ini memiliki apa yang disebut dengan hambatan belajar dan hambatan perkembangan (barier to learning and development). Oleh sebab itu mereka memerlukan layanan pendidikan yang sesuai dengan hambatan belajar dan hambatan perkembang yang dialami oleh masing-masing anak.

Yang termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, anak berkebutuhan khusus memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.
sumber : http://ochaoka.blogspot.com/2010/04/contoh-dan-jenis-jenis-anak.html

Intervensi Saudara Kandung terhadap anak dengan kebutuhan khusus

Intervensi Saudara Kandung terhadap anak dengan kebutuhan khusus

Beberapa studi menunjukkan bahwa saudara kandung dapat berkontribusi dalam program intervensi di rumah. Salah satu pendekatannya adalah menjadikan mereka sebagai guru atau behaviour therapis. Penelitian membuktikan keterlibatan saudara kandung menjadikan mereka guru yang berhasil dan berdampak pada interaksi yang lebih positif antar keduanya (Cash&Evans, 1975; Lavigueur, 1976; Miller&Cantwell, 1976; Weinrott, 1974 dalam Ashman&Elkins, 1994). Werner (1990 dalam Ashman&Elkins, 1994) menyatakan interaksi anak dengan saudara kandungnya tersebut akan lebih efektif jika anak tersebut berperan hanya sebagai pelengkap (suplement) daripada pengganti (subtitute) dari orangtuanya.

dampak negatif & potsitif pengaruh Anak dengan Kebutuhan Khusus terhadap saudara kandung

1. Dampak Negatif

Pada beberapa penelitian telah ditemukan adanya problem emosional dan kesulitan yang dialami oleh anak yang memiliki saudara kandung berkebutuhan khusus. Salah satu dampaknya adalah pada pembentukan sense of self dari anak tersebut dan salah satu dampaknya dapat berupa pengidentifikasian secara berlebih dengan saudara kakak atau adik dengan kebutuhan khusus. Contohnya mereka akan melihat tanda-tanda disabilities pada dirinya seperti yang dialami saudara kandungya karena mereka menyadari banyaknya kesamaan-kesamaan yang mereka alami, seperti memiliki orangtua yang sama, lingkungan rumah yang sama,dll. Sebagai konsekuensinya,mereka akan berfantasi menjadi sama dengan saudara kandungnya tersebut dalam hal karakteristik disability nya (Grossman, 1972; San Martino&Newman, 1974 dalam Ashman&Elkins, 1994).

Berdasarkan informasi yang didapat dari wawancara dengan orangtua dengan anak berkebutuhan khusus (intellectual disabilities), Farber (1959 dalam Ashman&Elkins, 1994)menyimpulkan adanya pengaruh dalam hal ketergantungan yang tinggi. Kirkman (1984c dalam Ashman&Elkins, 1994) dalam penelitiannya pada adult siblings dengan menggunakan kuesioner membawa hasil bahwa banyak dari mereka yang menyatakan memiliki perasaan malu, cemas, dan ragu-ragu. Namun, hal ini tidak akan berdampak pada perkembangan konsep diri anak tersebut jika orangtua memberikan perhatian yang cukup dan tidak memberikan evaluasi yang negatif pada anak tersebut dalam hal usaha merawat kakak atau adiknya yang berkebutuhan khusus (Kirkman ,1984c dalam Ashman&Elkins, 1994).

Tanggung jawab untuk merawat saudara dengan kebutuhan khusus akan mengarah pada tekanan peran atau ‘role tension’ (Farber and Ryckman, 1965 dalam Ashman&Elkins, 1994). Peran dalam keluarga akan mengalami reorganisasi berkali-kali karena anak dengan kebutuhan khusus dalam sebuah keluarga, lepas dari usia dan status urutan kelahirannya akan selalu berperan menjadi anak yang paling kecil dan oleh karena itu, anggota keluarga yang lain harus menjalankan tanggung jawabnya. Orangtua juga memberikan tuntutan yang besar pada anak dalam hubungannya dengan tanggung jawab terhadap saudara kandungnya (dengan kebutuhan khusus) dan hal ini membawa dampak yang negatif pada anak.

(Cleveland&Miller, 1977; Farber&Ryckman, 1965; Lloyd-Bostock, 1976; Schild, 1971 dalam Ashman&Elkins, 1994). Peningkatan tanggung jawab yang diterima oleh saudara kandung tersebut juga mencakup penyediaan perawatan fisik dan tugas-tugas tambahan lainnya seperti pekerjaan rumah. Anak yang memiliki kakak atau adik dengan kebutuhan khusus harus menyediakan waktu dan tenaga yang berlebih untuk memperhatikan saudaranya tersebut dan anak tersebut mungkin akan mengekspresikan perasaan malu, menarik diri, cemas, dan mengalami kesulitan untuk belajar dengan baik di sekolah (Llyod-Bostock, 1976 Ashman&Elkins, 1994).

Kirkman (1984b dalam Ashman&Elkins, 1994) juga menemukan 40 persen dari sample anak-anak yang memiliki saudara berkebutuhan khusus menyatakan bahwa hubungan interpersonal dan prestasi akademik mereka di sekolah terpengaruh oleh kehadiran saudara kandungnya tersebut. Studi lain menemukan bahwa seseorang yang berada pada usia dewasa justru menunjukkan prestasi yang berlebih dengan tujuan mengkompensasi keterbatasan dari saudara kandungnya (Cleveland&Miller, 1977; Grossman, 1972; Kirkman, 1984b dalam Ashman&Elkins, 1994). Sebanyak 52 persen sample dalam studi yang dilakukan oleh Kirkman menyatakan tidak ada dampak pada aktivitas sekolah.

2. Dampak Positif

Tidak selamanya anak yang lahir dengan kebutuhan khusus membawa dampak yang negatif pada saudara kandungnya. Beberapa studi menunjukkan ada dampak positif yang luas pada anak tersebut, misalnya memiliki sikap yang lebih dewasa dan tingkah laku yang lebih adaptif dengan lingkungannya (Caldwell&Guze, 1960; Cleveland&Miller, 1977; Graliker,Fishler&Koch, 1962; Grossman, 1972; Kirkman, 1984a; Llyod-Bostock, 1976; Londsdale, 1978; Schreiber&Feeley, 1965 dalam Ashman&Elkins, 1994).

Studi oleh Cleveland dan Miller (1977) menemukan bahwa seorang anak yang memiliki saudara berkebutuhan khusus menunjukkan fleksibilitas dan adaptasi yang sukses pada situasi yang hampir sama tingkatannya dengan saat merawat saudara kandungnya. Mereka menyatakan mendapat manfaat dari pengalamannya tersebut dan berkembang dalam toleransi, sensitivitas,dan pemahaman akan prejudis beserta konsekuensinya.
Banyak juga anak yang menyatakan bahwa pengalaman merawat saudara berkebutuhan khusus menjadikan keluarganya lebih kohesif dan mereka bangga akan kemampuan keluarganya dalam menangani permasalahan tersebut (Grossman, 1972; Kirkman, 1984a dalam Ashman&Elkins, 1994). Selain itu, orangtua juga menyatakan bahwa anaknya yang berkebutuhan khusus menjadi dicintai dan diterima oleh saudara kandungnya dan dengan begitu masalah-masalah yang muncul dapat diatasi dengan mudah (Llyod-Bostock, 1976 dalam Ashman&Elkins, 1994). Ibu menilai hubungan anaknya dengan saudara yang berkebutuhan khusus lebih positif dibanding hubungan antar anak yang normal. Mereka juga menilai anaknya lebih suportif dan tidak lebih agresif daripada anak lain dengan saudara kandung yang tidak berkebutuhan khusus. Dalam hal ini, Labato (1990 dalam Ashman&Elkins, 1994) menyimpulkan dalam kutipannya:

Secara umum, review dari studi terkontrol mengindikasikan bahwa anak dengan kebutuhan khusus (disability or ilness) tidak membawa dampak yang negatif pada konsep diri, harga diri, kompetensi sosial, atau penyesuain tingkah laku saudara kandungnya. Secara sederhana dapat dikatakan tidak ada hubungan langsung antara kelainan yang diderita anak dengan penyesuaian saudara kandungnya (p.42)
Beberapa dampak tidak langsung juga diteliti. Studi Farber dan Strauss (1963 dalam Ashman&Elkins, 1994) mengamati pengaruh dari frekuensi interaksi anak dengan saudara kandung yang berkebutuhan khusus pada tujuan hidupnya. Anak dengan frekuensi interaksi tinggi akan menetapkan untuk berkontribusi pada masyarakat dan kegiatan kemanusiaan lainnya sebagai tujuan hidupnya. Sedangkan anak dengan frekuensi interaksi rendah lebih berorientasi untuk mendapat banyak teman, mengembangkan hubungan keluarga yang baik dalam perkawinan, dan menjadi anggota masyarakat yang direspek.

Sebagi kesimpulannya, dampak kehadiran anak dengan kebutuhan khusus pada sebuah keluarga sangat beragam, keluarga juga beragam dalam karakteristiknya, kebutuhannya dan sumber dayanya. Dukungan dan bantuan yang diberikannya pada anak tersebut juga beragam dari masing-masing keluarga.

Pengaruh Anak dengan Kebutuhan Khusus terhadap saudara kandung

Pengaruh Anak dengan Kebutuhan Khusus terhadap saudara kandung

Peneliti berusaha untuk mencaritahu pengaruh anak dengan kebutuhan khusus terhadap saudaranya. Dari hasil penelitian ditemukan pengaruh baik positif maupun negatif . Pengaruh negatifnya adalah problem emosional yang dialami oleh saudara kandung tersebut dan kesulitan dalam membentuk identitas dirinya. Ditambah lagi, banyak dilaporkan adanya permintaan atau harapan yang besar untuk menjadi ‘perawat’ (caregivers) bagi saudara dengan kebutuhan khusus tersebut dan harapan yang besar dari orangtua pada saudara kandung (tidak berkebutuhan khusus) akan prestasi, dan hal tersebut berdampak pada kecemasan yang tinggi pada anak tersebut. Pada sisi yang lain, anak dengan saudara berkebutuhan khusus juga mendapat pengaruh yang positif, seperti tumbuhnya sikap yang matang, mampu beradaptasi dengan lebih baik, mengembangkan karir yang berhubungan dengan pelayanan kepada orang lain, misalnya pekerjaan yang bergerak dalam hal pendidikan khusus, profesi yang berhubungan dengan kesehatan, atau kesejahteraan sosial. Selain itu, keberadaan saudara kandung dapat memainkan peran dalam hal modifikasi tingkah laku dan program menejemen rumah (Brody&Stoneman, 1983; Lobato, 1983 dalam Ashman&Elkins, 1994)..

Apakah Anak Anda Tergolong Anak Berkebutuhan Khusus?

Apakah Anak Anda Tergolong Anak Berkebutuhan Khusus?

Definisi anak dengan kebutuhan khusus

Anak dengan kebutuhan khusus (special needs children) dapat diartikan secara simpel sebagai anak yang lambat (slow) atau mangalami gangguan (retarded) yang tidak akan pernah berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak pada umumnya. Banyak istilah yang dipergunakan sebagai variasi dari kebutuhan khusus, seperti disability, impairment, dan Handicap. Menurut World Health Organization (WHO), definisi masing-masing istilah adalah sebagai berikut:

1.Disability : keterbatasan atau kurangnya kemampuan (yang dihasilkan dari impairment) untuk menampilkan aktivitas sesuai dengan aturannya atau masih dalam batas normal, biasanya digunakan dalam level individu.

2.Impairment: kehilangan atau ketidaknormalan dalam hal psikologis, atau struktur anatomi atau fungsinya, biasanya digunakan pada level organ.

3.Handicap : Ketidak beruntungan individu yang dihasilkan dari impairment atau disability yang membatasi atau menghambat pemenuhan peran yang normal pada individu.

Learning Difficulties

Learning Difficulties adalah kelainan pada satu atau beberapa proses dasar psikologis dalam pemahaman atau penggunaan bahasa, ucapan atau tertulis, yang berdampak pada kemampuannya untuk mendengar, berpikir, bicara, membaca, menulis, mengeja, atau perhitungan matematika. Istilah ini juga meliputi kondisi seperti hambatan persepsi, cacat otak, disleksia, dan developmental aphasia. Istilah ini tidak meliputi anak-anak yang memiliki masalah dalam belajar sebagai pengaruh gangguan penglihatan, pendengaran, atau motorik, retardasi mental, atau gangguan emosi, atau lingkungan, kultur, atau kekurangan ekonomi (US Office of Education, 1977,p. 65 083 dalam Ashman&Elkins, 1994). Anak dengan kesulitan belajar ini adalah anak yang tidak berprestasi di satu atau beberapa area akademis di sekolah jika dibandingkan dengan peernya. Karakteristik lain dari kesulitan belajar adalah masalah dalam hal perkembangan social dan emosional. Konsep diri akademis yang rendah, learned helplessness, pengharapan yang rendah, kegagalan mempersepsi sukses dan gagal merupakan sifat –sifat yang menggambarkan kondisi afektif dari siswa dengan kesulitan belajar.

Hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan konsep diri mereka adalah dengan pendekatan behavioral, pelatihan atribusi, dan pelatihan ketrampilan social. Untuk menyediakan dukungan tambahan bagi anak kesulitan belajar, digunakan volunteer yang ditunjuk orangtua untuk membantu anak diluar sekolah. Untuk menangani anak seperti ini dibutuhkan intervensi ‘joint-site’ antara keluarga, dan sekolah.

macam gangguan anak special needs2

Tunagrahita

Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam masa perkembangan. klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ.

1.Tunagrahita ringan (IQ : 51-70),

2.Tunagrahita sedang (IQ : 36-51),

3.Tunagrahita berat (IQ : 20-35),

4.Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20).

Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih di titik beratkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi.

Tunadaksa

Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.

Tunalaras

Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.

Kesulitan belajar

Adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat mempengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.

Sumber : Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

macam gangguan anak special needs

Tunanetra

Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium)
Tunarungu
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:

1.Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB),

2.Gangguan pendengaran ringan(41-55dB),

3.Gangguan pendengaran sedang(56-70dB),

4.Gangguan pendengaran berat(71-90dB),

5.Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB).

Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.

Anak berkebutuhan khusus

Anak berkebutuhan khusus

Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.