Sabtu, 01 Mei 2010

dampak negatif & potsitif pengaruh Anak dengan Kebutuhan Khusus terhadap saudara kandung

1. Dampak Negatif

Pada beberapa penelitian telah ditemukan adanya problem emosional dan kesulitan yang dialami oleh anak yang memiliki saudara kandung berkebutuhan khusus. Salah satu dampaknya adalah pada pembentukan sense of self dari anak tersebut dan salah satu dampaknya dapat berupa pengidentifikasian secara berlebih dengan saudara kakak atau adik dengan kebutuhan khusus. Contohnya mereka akan melihat tanda-tanda disabilities pada dirinya seperti yang dialami saudara kandungya karena mereka menyadari banyaknya kesamaan-kesamaan yang mereka alami, seperti memiliki orangtua yang sama, lingkungan rumah yang sama,dll. Sebagai konsekuensinya,mereka akan berfantasi menjadi sama dengan saudara kandungnya tersebut dalam hal karakteristik disability nya (Grossman, 1972; San Martino&Newman, 1974 dalam Ashman&Elkins, 1994).

Berdasarkan informasi yang didapat dari wawancara dengan orangtua dengan anak berkebutuhan khusus (intellectual disabilities), Farber (1959 dalam Ashman&Elkins, 1994)menyimpulkan adanya pengaruh dalam hal ketergantungan yang tinggi. Kirkman (1984c dalam Ashman&Elkins, 1994) dalam penelitiannya pada adult siblings dengan menggunakan kuesioner membawa hasil bahwa banyak dari mereka yang menyatakan memiliki perasaan malu, cemas, dan ragu-ragu. Namun, hal ini tidak akan berdampak pada perkembangan konsep diri anak tersebut jika orangtua memberikan perhatian yang cukup dan tidak memberikan evaluasi yang negatif pada anak tersebut dalam hal usaha merawat kakak atau adiknya yang berkebutuhan khusus (Kirkman ,1984c dalam Ashman&Elkins, 1994).

Tanggung jawab untuk merawat saudara dengan kebutuhan khusus akan mengarah pada tekanan peran atau ‘role tension’ (Farber and Ryckman, 1965 dalam Ashman&Elkins, 1994). Peran dalam keluarga akan mengalami reorganisasi berkali-kali karena anak dengan kebutuhan khusus dalam sebuah keluarga, lepas dari usia dan status urutan kelahirannya akan selalu berperan menjadi anak yang paling kecil dan oleh karena itu, anggota keluarga yang lain harus menjalankan tanggung jawabnya. Orangtua juga memberikan tuntutan yang besar pada anak dalam hubungannya dengan tanggung jawab terhadap saudara kandungnya (dengan kebutuhan khusus) dan hal ini membawa dampak yang negatif pada anak.

(Cleveland&Miller, 1977; Farber&Ryckman, 1965; Lloyd-Bostock, 1976; Schild, 1971 dalam Ashman&Elkins, 1994). Peningkatan tanggung jawab yang diterima oleh saudara kandung tersebut juga mencakup penyediaan perawatan fisik dan tugas-tugas tambahan lainnya seperti pekerjaan rumah. Anak yang memiliki kakak atau adik dengan kebutuhan khusus harus menyediakan waktu dan tenaga yang berlebih untuk memperhatikan saudaranya tersebut dan anak tersebut mungkin akan mengekspresikan perasaan malu, menarik diri, cemas, dan mengalami kesulitan untuk belajar dengan baik di sekolah (Llyod-Bostock, 1976 Ashman&Elkins, 1994).

Kirkman (1984b dalam Ashman&Elkins, 1994) juga menemukan 40 persen dari sample anak-anak yang memiliki saudara berkebutuhan khusus menyatakan bahwa hubungan interpersonal dan prestasi akademik mereka di sekolah terpengaruh oleh kehadiran saudara kandungnya tersebut. Studi lain menemukan bahwa seseorang yang berada pada usia dewasa justru menunjukkan prestasi yang berlebih dengan tujuan mengkompensasi keterbatasan dari saudara kandungnya (Cleveland&Miller, 1977; Grossman, 1972; Kirkman, 1984b dalam Ashman&Elkins, 1994). Sebanyak 52 persen sample dalam studi yang dilakukan oleh Kirkman menyatakan tidak ada dampak pada aktivitas sekolah.

2. Dampak Positif

Tidak selamanya anak yang lahir dengan kebutuhan khusus membawa dampak yang negatif pada saudara kandungnya. Beberapa studi menunjukkan ada dampak positif yang luas pada anak tersebut, misalnya memiliki sikap yang lebih dewasa dan tingkah laku yang lebih adaptif dengan lingkungannya (Caldwell&Guze, 1960; Cleveland&Miller, 1977; Graliker,Fishler&Koch, 1962; Grossman, 1972; Kirkman, 1984a; Llyod-Bostock, 1976; Londsdale, 1978; Schreiber&Feeley, 1965 dalam Ashman&Elkins, 1994).

Studi oleh Cleveland dan Miller (1977) menemukan bahwa seorang anak yang memiliki saudara berkebutuhan khusus menunjukkan fleksibilitas dan adaptasi yang sukses pada situasi yang hampir sama tingkatannya dengan saat merawat saudara kandungnya. Mereka menyatakan mendapat manfaat dari pengalamannya tersebut dan berkembang dalam toleransi, sensitivitas,dan pemahaman akan prejudis beserta konsekuensinya.
Banyak juga anak yang menyatakan bahwa pengalaman merawat saudara berkebutuhan khusus menjadikan keluarganya lebih kohesif dan mereka bangga akan kemampuan keluarganya dalam menangani permasalahan tersebut (Grossman, 1972; Kirkman, 1984a dalam Ashman&Elkins, 1994). Selain itu, orangtua juga menyatakan bahwa anaknya yang berkebutuhan khusus menjadi dicintai dan diterima oleh saudara kandungnya dan dengan begitu masalah-masalah yang muncul dapat diatasi dengan mudah (Llyod-Bostock, 1976 dalam Ashman&Elkins, 1994). Ibu menilai hubungan anaknya dengan saudara yang berkebutuhan khusus lebih positif dibanding hubungan antar anak yang normal. Mereka juga menilai anaknya lebih suportif dan tidak lebih agresif daripada anak lain dengan saudara kandung yang tidak berkebutuhan khusus. Dalam hal ini, Labato (1990 dalam Ashman&Elkins, 1994) menyimpulkan dalam kutipannya:

Secara umum, review dari studi terkontrol mengindikasikan bahwa anak dengan kebutuhan khusus (disability or ilness) tidak membawa dampak yang negatif pada konsep diri, harga diri, kompetensi sosial, atau penyesuain tingkah laku saudara kandungnya. Secara sederhana dapat dikatakan tidak ada hubungan langsung antara kelainan yang diderita anak dengan penyesuaian saudara kandungnya (p.42)
Beberapa dampak tidak langsung juga diteliti. Studi Farber dan Strauss (1963 dalam Ashman&Elkins, 1994) mengamati pengaruh dari frekuensi interaksi anak dengan saudara kandung yang berkebutuhan khusus pada tujuan hidupnya. Anak dengan frekuensi interaksi tinggi akan menetapkan untuk berkontribusi pada masyarakat dan kegiatan kemanusiaan lainnya sebagai tujuan hidupnya. Sedangkan anak dengan frekuensi interaksi rendah lebih berorientasi untuk mendapat banyak teman, mengembangkan hubungan keluarga yang baik dalam perkawinan, dan menjadi anggota masyarakat yang direspek.

Sebagi kesimpulannya, dampak kehadiran anak dengan kebutuhan khusus pada sebuah keluarga sangat beragam, keluarga juga beragam dalam karakteristiknya, kebutuhannya dan sumber dayanya. Dukungan dan bantuan yang diberikannya pada anak tersebut juga beragam dari masing-masing keluarga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar